Rabu, 06 April 2016

Tarzan mencari Tuhan



“Tarzan Mencari Tuhan”

            Dikisahkan ada seorang anak yang sejak lahir hingga dewasa hidup dan menjalani kehidupannya di hutan belantara yang jauh dari peradaban manusia. Hutan yang menjadi rumah pertama ia tumbuh dan berkembang menjadi seorang anak manusia. Ada beberapa versi yang mengkisahkan mengapa ia bisa sampai ke hutan. Versi pertama menjelaskan bahwa ia dilahirkan dari seorang wanita keturunan Tirani, singkat cerita wanita tersebut meninggalkan anaknya dalam peti, yang kemudian dilepaskannya ke laut.
            Hempasan gelombang laut dorongan pasanng air laut yang membawa ia sampai pada bibir pantai di sebuah pulau. Lalu peti yang berisi seorang bayi tadi terdampar dan masuk ke hutan yang berpohon lebat. Akibat dari hempasan gelombag air yang tinggi paku pada peti tersebut terlepas, dan papannya hancur terhempas air di hutan itu. Bayi (Putera Yaqzan) itu merasakan lapar. Ia menangis, mengerang dan bergerak. Seekor rusa betina yang kehilangan anaknya (keluar dari sarangnya ketika mendengar suara yang dikira anaknya.
Kemudian rusa mencari sumber suara itu berasal, membayangkan anaknya. Sementara bayi menangis, suaranya melengking dari tabut. Rusa merasa iba kepadanya. Naluri kelembutannya muncul. Ia pun menyusui bayi itu, terus membesarkan dan mendidiknya, serta melindunginya dari penyakit. Sedangkan menurut versi yang kedua, kelahiran Hayy dari bumi (secara spontanitas), itu didasarkan pada pendapat bahwa di perut bumi pulau (Waqwah), ada tanah yang terolah selama bertahun-tahun, sehingga (unsurnya) yang panas dan dingin, lembab dan kering, bercampur secara seimbang. Untuk menerangkan proses kejadian penciptaan manusia. Yaitu, ada selaput protektif (ketuban) yang menutupi semua tubuh bayi, dan lain sebagainya. Setelah (masa kehamilan dan penciptaan bayi) sempurna, ketuban itu pecah berupa proses persalinan. Sama seperti tanah yang sudah kering, lalu pecah dan retak.
Kedua versi tersebut sependapat berkata bahwa rusalah yang memelihara (Hayy bin Yaqzan) selayaknya seorang ibu yang merawat anaknya. Ia memberinya susu tubuhnya menjadi gemuk dan air susunya segar mengguyur. Ia memberi (Hayy) makanan yang baik. Bayi itu menyukai rusa. Jika rusa terlambat (memberi makan), Hayy menangis keras sehingga ia datang.
Bersama itu, Hayy tumbuh dan berkembang ke umur tujuh tahun. Ia menemui kenyataan pahit saat mengetahui rusa yang selama ini merawatnya telah tiada. Ia berusaha mencari tahu penyebab kematian rusa, ia merobek-robek tubuh rusa dan mengoyak isinya. Namun, ia merasa bingung atas apa yang dia lakukan yang tidak tahu apa yang sama sekali tidak menemukan apa yang ia cari. Karena ia tidak tahu penyebab rusa bisa mati.
Setelah peristiwa itu berlalu Hayy tumbuh dewasa dan mulai meneliti pula semua benda, yang mati dan yang hidup. Ia melihat, hakekat wujud setiap benda terdiri dari pengertian kebendaan (al-jasmiyyat) dan pengertian tambahannya, mungkin satu atau lebih. Tampak, “bentuk-bentuk” berbagai benda dengan segala perbedaannya. Dan itulah yang pertama-tama ia lihat dari alam ruhani, sebab “bentuk” tidak bisa dicerap dengan indera, tetapi dengan semacam pemikiran rasional.
Dari proses meneliti setiap benda kemudian ia berpikir dan mencari hakikat dari setiap benda tersebut. Setelah mengalami proses yang panjang untuk mencari hakikat dibalik sebuah benda yang ada di muka bumi maka ia bertemu pada kesimpulan bahwa yang tergambar secara global di benaknya selama ini, pasti ada pelaku yang menciptakan segala sesuatu. Selain ia meneliti benda yang ada di bumi, ia juga melihat benda-benda langit yang menarik perhatiaanya untuk menelusuri apakah jumlah benda langit ada batasannya.
Kemudian dengan fitrah yang ia miliki, maka ia dapat mengetahui banwa setiap gerakan seharusnya mesti ada penggeraknya. Dan penggerak itu mungkin berupa suatu daya kekuatan yang mengalir di dalam sebuah benda atau barangkali benda dari si penggerak itu sendiri maupun benda lain di luarnya, atau mungkin daya kekuatan itu bukanlah yang mengalir dan menyebar pada benda tersebut.
Setelah melalui proses yang panjang dalam melihat, semua mawjudat adalah perbuatan-Nya. Kini ia mengamati kekuasaan sang Pelaku, berdasarkan pengalamanya. Ia takjub melihat keanehan ciptaan-Nya, kelembutan hikmat-Nya, dan kecermatan pengetahuan-Nya. Tampak, pada benda-benda paling kecil, apalagi yang besar, ada jejak hikmat dan keindahan ciptaan darimana timbul segala ketakjuban.
Pengetahuan Hayy telah sampai ke batas ini, di awal minggu ke lima dari perkembangannya. Yaitu di saat ia berumur tiga puluh lima tahun. Masalah pelaku itu telah berkesan mantap dan meyakinkan di hatinya. Hanya (hakekat) Pelaku itu yang gmenyibukan pikirannya. Dari pengamatan dan pencariannya terhadap segala ciptaan (mawjudat) ia merasakan ketakjuban yang aneh terhadap dirinya. Sehingga, setiap kali penglihatannya terbentur pada suatu benda, yang terlihat olehnya hanyalah jejak ciptaan. Dan ketika itu juga terlintas dan terbayang dalam pikirannya tentang Pencipta, menggantikan kesan tentang ciptaan itu. Ia kini sangat merindukan-Nya. Pengetahuan tentang itu telah melekat dan mantap pada dirinya.
Berdasarkan kisahnya sudah dijelaskan dalam al-qur’an Q.S Az-Zariyat :56
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
 “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku’’
                Hal demikian merupakan adanya campur tangan Allah dalam proses pencarian Hayy mengenal Tuhan ang menciptakannya. Allah memberikan ia petunjuk, bimbingan agar mengenal bentuk-bentuk ciptaannya yang ada di muka bumi, dan sampailah pada kesimpulan untuk mengetahui hakikat di balik segala sesuatu yang terjadi ada zat yang Maha Mengatur.
Ayat Qur’an diatas menjelaskan bahwa Allah tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Nya.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar