Rabu, 06 April 2016

Kompetensi pendukung profesionalisme guru



Syaiful Sagala menjelaskan bahwa kompetensi merupakan peleburan pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu) dan keterampilan (daya fisik), yang terwujud dalam satu perbuatan. Menurut UU No. 14 tahun 2005 pasal 1 ayat 10 disebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.[1] Selanjutnya yang dimaksud dengan guru professional adalah guru yang memiliki kompetensi yang diprasyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan professional, baik yang yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.[2]
Dari penjelasan di atas yang dimaksud dengan kompetensi guru professional adalah seperangkat pengetahuan, sikap dan keterampilan professional yang harus dimiliki, dihayati, dikuasi dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesiannya.
Berdasarkan Permenag No. 16 tahun 2010 dijelaskan bahwa kompetensi utama yang harus dimiliki oleh seorang guru, khususnya bagi guru Pendidikan Agama Islam meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian professional, sosial dan kepemimpinan.[3] Selain kelima kompetensi utama tersebut guru juga harus dibekali dengan kompetensi pendukung sebagai penunjang untuk melaksanakan tugas keprofesiannya dengan baik.
Kompetensi pendukung adalah kompetensi yang dimiliki oleh setiap pendidik sebagai penunjang dan diharapkan dapat mendukung kompetensi utama. Dengan kompetensi pendukung tersebut diharapkan pendidik mempunyai motivasi, pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang terkait dengan konteks penyelenggaraan kependidikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi pendukung profesionalisme guru adalah segala sesuatu yang mendukung kompetensi dasar atau utama bagi guru yang harus diaktualisaskan dalam kehidupan sebagai perwujudan untuk melaksanakan tugas keprofesiannya dengan baik.
A.    KOMPONEN KOMPETENSI PENDUKUNG
1.      Kerja Keras
a.      Pengertian Kerja Keras
Kerja berarti berusaha atau berjuang dengan keras berarti sungguh-sungguh. Bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-cita. Bekerja keras tidak mesti “banting tulang” dengan mengeluarkan tenaga secara fisik, akan tetapi sikap bekerja keras juga dapat dilakukan dengan berpikir sungguh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya. Kerja keras yaitu bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan atau prestasi kemudian disertai dengan berserah diri (tawakkal) kepada Allah SWT baik untuk kepentingan dunia dan akhirat.[4] Firman Allah SWT yang artinya sebagai berikut :
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ  
  “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(Q.S Al-Qashash :77)
           Untuk melaksanakan kerja keras ini dibutuhkan semangat yang tinggi serta motivasi internal yang kuat agar yang dikerjakan dan menjadi suatu keinginan dapat terwujud. Kerja keras adalah gebang utama berikutnya yang harus dikerjakan dalam pencapaian kesuksesan menuju guru yang berkualitas. Perlu diingat orang pintar tapi malas bisa dikalahkan oleh orang yang rajin, tekun, dan memiliki kerja keras. Dapat dibayangkan apa jadinya jika orang pintar sekaligus rajin, tekun, dan pekerja keras.[5]
Menurut Farid Poniman yang dikutip oleh Najib Sulhan bahwa kerja keras adalah bentuk usaha yang terarah dalam mendapatkan sebuah hasil. Seorang pekerja keras mengandalkan energi dirinya sebagai modal kerja. Oleh sebab itu, seorang pekerja keras akan tampak lebih sehat, bugar, gesit, tangkas, cekatan, berbinar-binar, dan terlihat lebih optimis. Dia membutuhkan semua itu untuk dapat menghasilkan output kerja yang maksimal.[6]
Guru pekerja keras akan melahirkan empat hal, antara lain pertama, memiliki stamina diri yang kuat. Seorang pekerja keras akan mengeluarkan energinya melalui fisik secara rutin dan akan membentuk stamina prima.
Kedua, memiliki disiplin yang tinggi. Seorang pekerja keras dengan sendirinya akan melahirkan disiplin diri. Mereka tidak ingin ada bagian dari pekerjaan yang belum selesai. Mereka akan mendisiplinkan diri dan memiliki tingkat kepatuhan tinggi. Mereka khawatir dan merasa tidak aman bila tidak bisa menyelesaikan tugasnya.
Ketiga, memiliki keberdayagunaan tinggi. Seorang pekerja keras mampu memberdayakan metafisiknya sehingga mereka menjadi bugar secara metafisik. Mereka mampu melahirkan konsistensi dan kualitas kerja sama dari pagi sampai sore. Keempat, memiliki ketersediaan yang tingi. Seorang pekerja keras selalu ada ketika dibutuhkan. Ia menyadari bahwa setelah mengerjakan satu urusan, ia langsung merencanakan pekerjaan lain.[7]
Dengan demikian, sikap kerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari rezeki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masing-masing. Guru harus senantiasa bekerja keras dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Khususnya dalam internalisasi pendidikan karakter bagi anak didiknya. Adapun indikator seorang guru yang bekerja keras antara lain seperti, bekerja ikhlas dan sungguh-sungguh, bekerja melebihi target, dan produktif. Guru dapat memanfaatkan waktu optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak, dan kesulitan yang dihadapainya. Memiliki semangat tinggi dan berusaha keras untuk meraih hasil yang baik dan maksimal.
b.      Hikmah Bekerja Keras
È@è%ur (#qè=yJôã$# uŽz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur ( šcrŠuŽäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÉÎÈ  
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Q.S. At - Taubah [9] : 105 )

Description: Hikmah Kerja Keras

Artinya :
Dari al-Miqdam Radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang (hamba) memakan makanan yang lebih baik dari hasil usaha tangannya (sendiri), dan sungguh Nabi Dawud ‘alaihissalam makan dari hasil usaha tangannya (sendiri)” ( HR. Bukhari ). Dengan membiasakan perilaku bekerja keras, dapat kita memporeleh hikmah, antara lain :
·       Mengembangkan kemampuan diri, baik bakat, minat ataupun hal lain
·       Membentuk diri yang bertanggung jawab dan disiplin.
·       Mengangkat derajat dan martabat
·       Meningkatkan taraf hidup.
·       Mendapat pahala dari Allah SWT
2.      Respek
          Dalam KBBI empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang yang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.[8]
          Sedangkan menurut Bullmer, empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain itu. Bullmer menganggap empati lebih merupakan pemahaman terhadap orang lain ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain.[9]
Firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 2:
(#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4
“Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa , dan janganlah kalian tolong menolong  dalam berbuat dosa dan pelanggaran”.
Berempati/respek adalah sikap peduli kepada orang lain secara nyata, baik dalam kata maupun tindakan. Guru yang berempati adalah sosok yang murah senyum, ramah, lembt tetapi tegas. Ia tidak akan mudah marah kepada siswa yang membuat ulah. Ia akan mencari tahu mengapa siswa itu begitu, solusi apa yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk menjadi pendidik yang berempati, maka seseorang yang berprofesi sebagai guru hendaknya dapat melakukan beberapa hal berikut ini, antara lain, tunjukkan rasa kasih sayang, dengarkan apa yang dikatakan siswa, berikan rasa aman dan nyaman, beikan pujian jangan celaan, kritik perilakunya dan bukan siswanya, berikan contoh dan teladan, berikan waktu yang cukup,[10]
Guru yang tidak memberikan respek dan afirmasi sejati kepada siswanya, akan terus menerus menjadi frustasi dan dielakkan. Jika siswa tahu para guru menghormati mereka, mereka akan bekerja lebih keras, lebih siap melakukan koreksi, dan lebih berkeinginan untuk menerima tanggung jawab atas tindakan mereka. Perilaku respek dari seorang guru seperti mengingat nama seorang siswa dan menyebutnya dengan benar, atau menyalami siswa dan orang tua dengan penuh kehangatan, dan kesejatian yang memadai sesuai kultural, merupakan indikasi respek bagi yang lain.[11]
Respek yang dimiliki oleh pendidik berdampak positif bagi pendidik itu sendiri, juga bagi akademis siswa dan hasil pembelajaran secara keseluruhan. Seorang pendidik yang respek, menghormati siswa apa adanya tanpa memandang negative, akan membentuk siswa percaya diri dengan kemampuannya. Kondisi akan menambah kedekatan yang positif antara pendidik dengan siswanya, sehingga terhindar dari permasalahan yang akan menghambat perkembangan mental dan akademis siswa.[12] Implikasi lain dari tumbuhnya kepercayaan dan respek para siswa tehadap gurunya adalah timbulnya kedekatan, keintiman dan ikatan relasi guru siswa dengan harmonis. Relasi yang lebih ideal terbangun antara guru dengan para siswanya. [13]
Dapat disimpulkan bahwa respek adalah salah satu sikap atau karakter yang harus ada pada guru dimana seorang guru menjadi sosok atau suri tauladan bagi siswanya. Dalam hal ini guru tidak hanya dilakukan dalam memahami perasaan orang lain semata, tetapi harus dinyatakan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
3.      Berpikir Kritis/ Critical Thingking
Berfikir kritis merupakan kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah.[14]
Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis. Berfikir kritis melibatkan pemahaman yang mendalam akan masalah, pemikiran terbuka terhadap pendekatan dan pandangan-pandangan yang berbeda, tidak menerima begitu saja hal-hal yang disampaikan orang, buku, berfikir secara reflektif sebelum menerima ide yang muncul di pikiran.[15]
Guru dapat berpikir secara kritis dalam menganalis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika serta bukti  autentik. [16]
Menurut Cece Wijaya ciri-ciri berpikir kritis sebagai berikut:
1.      Mampu membedakan fakta dengan fiksi
2.      Mampu membedakan argumentasi logis dan tidak logis
3.      Mampu membedakan antara kritik yang membangun dan yang merusak
4.      Mampu membedakan ide yang relevan dengan yang tidak relevan
5.        Pandai mendeteksi permasalahan. [17]
                  Adapun sembilan tips dalam mengembangkan kompetensi berpikir kritis, antara lain :
1.      Berpikiran terbuka terhadap ide-ide baru
2.      Mengetahui bahwa setiap orang bisa memiliki pandangan yang berbeda
3.      Memisahkan berpikir dengan perasaan dan berpikir logis
4.      Menanyakan hal-hal yang anda anggap tidak masuk akal
5.      Menghindari kesalahan umum dalam pemberian alasan yang anda buat
6.      Jangan berargumen tentang sesuatu yang anda tidak mengerti
7.      Kembangkanlah kosa kata yang tepat untuk penyampaian dan pengertian ide yang lebih baik
8.      Mengetahui ketika anda memerlukan informasi lebih lanjut
9.      Mengetahui perbedaan antara kesimpulan yang dapat dan harus benar.[18]
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental. Yang dapat dilakukan oleh seorang guru seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, melakukan penelitian ilmiah dan kemampuan berpendapat secara terorganisir, sehingga menghasilkan berbagai keterampilan-keterampilan yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.



[1] Saiful Sagala,Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung : Alfabeta, 2013) h. 23
[2] Kusnandar, Guru Profesional (Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru), Jakarta: Grafindo Persada, 2007) h. 48
[3] Permenag No. 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama Islam pada sekolah, http://www.pendis.kemenag.go.id// diakses pada 29/03/2016 12 :35 pm
[4]Ibrahim dan Darsono. Membangun Akidah dan Akhlak. (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009) , h. 32.
[5] Darson, Kiat Jadi Guru Profesional, (Yogyakarta : Leutikaprio, 2012) h. 32
[6] Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya : Jering Pena, 2011) h. 187
[7] Ibid, h. 188
[8]http://yulhanrinto.blogspot.co.id/2016/28/03/empati.html
[9] Ibid
[10] Buchory, Guru : Kunci Pendidikan Nasional, (Yogyakarta : leutikaprio, 2012) h. 91
[11] Elaine K. McEwan, 10 karakter yang harus dimiliki guru yang sangat efektif, (Jakarta :PT.Indeks, 2014)  h. 37
[13] h. 107-108
[14]P. chance, Thingking in the classroom: A Survey Of Programs, (Newyork: Teachers Colege Columbia University, 1986
[15]http://ariplie.blogspot.co.id/2016/28/03/pengertian-kemampuan-berfikir-kritis.html 
[16] Ibid, h.192
[17]Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar