Selasa, 12 April 2016

Menjadi Guru Tidaklah Mudah



 Guru atau dosen merupakan orang yang terpelajar dan penentu masa depan. Ia pendidik, pembimbing, pengarah yang bijaksana, pencetak para tokoh dan pemimpin sejati bagi masyarakat.[1] Ia tidak hanya bertugas menjadikan peserta didiknya memiliki kecerdasan dalam berfikir, namun juga menanamkan nilai-nilai akhlak dan moral pada diri mereka. Sala satu kriteria guru yang baik menurut Al-Ghazali adalah guru harus tampil sebagai teladan atau panutan yang baik dihadapan murid-muridnya.[2]
Menjadi guru atau dosen merupakan panggilan jiwa yang hidup dan terus dihidupkan, terlepas dari kapan kesadaram akan panggilan itu terjadi. Diperlukan pemahaman dan perspektif yang jernih akan kehidupan sambil terus belajar membenah diri.[3] Banyaknya tuntutan akan peran guru sebagai pendidik/pengajar telah membuat sesorang tidak mudah untuk menjadi guru., aspek teknis dan substansi keilmuan yang perlu dikuasai merupakan alasan tidak mudahya menjadi guru.[4] Guru ditingkat perguruan tinggi dikenal dengan sebutan dosen harus menjadi teladan bagi para mahasiswanya, baik secara moral mapun intelektual. Oleh karena itu tujuan utama pendidikan adalah mengembangkan moral peserta didik, untuk itu guru atau dosen harus mencontohkan sikap, perbuatan, dan ucapan yang baik kepada peserta didik sehingga dapat digugu dan ditiru oleh mahasiswanya.  
Seorang pendidik harus memiliki sifat kepribadian yang positif. Karena ia bertugas mendidik dan mengajar anak-anak didik, serta mengantarkanya menuju keberhasilan tjuan yang dicita-citakan yakni memiliki kepribadian yang taqwa kepada Allah. Sulit rasanya, jika seorang pendidik tidak terlebih dahulu memiliki sifat-sifat kepribadian tersebut. Selain seorang fiqur contoh (fiqur contered) dihadapan anak didiknya, pendidik juga harus mampu mewarnai dan mengubah kondisi anak didik dari kodisi yang negative menjadi yang positif. Pendidik terhadap anak didik diibaratkan bagaikan orang tua terhadap anak-anaknya.[1] Sebagaimana sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah:
اِنَّمَا أَنَا لَكُمْ بِمَنْزِلَةٍ الْوَالِدِ أُعَلِّكُمُكُمْ
        sesungguhnya aku terhadap kamu menduduki sebagai orang tua aku mengajarkan kamu
        Kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakanya dari orang lain. Kompetensi kepribadian tercermin dalam firman Allah Allah dalam surat Al—Najm ayat 5-10 
  
Artinya:
(5) yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. (6) yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan diri dengan rupa yang asli. (7) sedang Dia berada di ufuk yang tinggi. (8) kemudian Dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. (9) Maka jadilah Dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (10) lalu Dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan.
Dengan kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh pendidik (dosen) maka seorang pendidik dapat meberi motivasi kepada para anak didiknya. Motivasi adalah seluruh gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan kearah tujuan tertentu dimana sebelumnya tidak ada gerakan menuju arah tersebut. Gejala ini didasarkan pada dorongan-dorongan dasar atau internal dan intensif di luar diri individu. Menurut Mc Donald “motivation is a energy change within the person characterized by effective arousal and anticipatory goal reactions” motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.[2]



       [1] Dr.H.Abdul Majid Khon,M.Ag,Hadist Tarbawi,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2014),Cet.II,h.65-66
       [2] Dr.Oemar Hamalik,Psikologi Belajar dan Mengajar,(Bandung:Sinar Baru Algensindo,2012),Cet.VII,h.173



         [1] Kamal Muhammad ‘Isa, Manejemen Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Fikahati Aneska, 1994),   hlm. 64.
         [2] Prof. Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (Jakarta :PT. Bulan Bintang:h.94)
        [3] Dr. Uhar Suharsaputra,M.Pd, Menjadi Guru Berkarakter (Bndung :Refika Aditama) h. 3
        [4] Ibid,. h. 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar