Guru
atau dosen merupakan orang yang terpelajar dan penentu masa depan. Ia pendidik,
pembimbing, pengarah yang bijaksana, pencetak para tokoh dan pemimpin sejati
bagi masyarakat.[1] Ia tidak hanya bertugas menjadikan peserta didiknya memiliki
kecerdasan dalam berfikir, namun juga menanamkan nilai-nilai akhlak dan moral
pada diri mereka. Sala satu
kriteria guru yang baik menurut Al-Ghazali adalah guru harus tampil sebagai
teladan atau panutan yang baik dihadapan murid-muridnya.[2]
Menjadi guru
atau dosen merupakan panggilan jiwa yang hidup dan terus dihidupkan, terlepas
dari kapan kesadaram akan panggilan itu terjadi. Diperlukan pemahaman dan
perspektif yang jernih akan kehidupan sambil terus belajar membenah diri.[3]
Banyaknya tuntutan akan peran guru sebagai pendidik/pengajar telah membuat
sesorang tidak mudah untuk menjadi guru., aspek teknis dan substansi keilmuan
yang perlu dikuasai merupakan alasan tidak mudahya menjadi guru.[4] Guru
ditingkat perguruan tinggi dikenal dengan sebutan dosen harus menjadi teladan
bagi para mahasiswanya, baik secara moral mapun intelektual. Oleh karena itu
tujuan utama pendidikan adalah mengembangkan moral peserta didik, untuk itu
guru atau dosen harus mencontohkan sikap, perbuatan, dan ucapan yang baik
kepada peserta didik sehingga dapat digugu dan ditiru oleh mahasiswanya.
Seorang pendidik harus memiliki sifat
kepribadian yang positif. Karena ia bertugas mendidik dan mengajar anak-anak
didik, serta mengantarkanya menuju keberhasilan tjuan yang dicita-citakan yakni
memiliki kepribadian yang taqwa kepada Allah. Sulit rasanya, jika seorang
pendidik tidak terlebih dahulu memiliki sifat-sifat kepribadian tersebut.
Selain seorang fiqur contoh (fiqur contered) dihadapan anak didiknya,
pendidik juga harus mampu mewarnai dan mengubah kondisi anak didik dari kodisi
yang negative menjadi yang positif. Pendidik terhadap anak didik diibaratkan
bagaikan orang tua terhadap anak-anaknya.[1]
Sebagaimana sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah:
اِنَّمَا أَنَا لَكُمْ بِمَنْزِلَةٍ الْوَالِدِ
أُعَلِّكُمُكُمْ
“sesungguhnya
aku terhadap kamu menduduki sebagai orang tua aku mengajarkan kamu”
Kepribadian
adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakanya dari
orang lain. Kompetensi kepribadian tercermin dalam firman Allah Allah dalam
surat Al—Najm ayat 5-10
Artinya:
(5) yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang
sangat kuat. (6) yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan
diri dengan rupa yang asli. (7) sedang Dia berada di ufuk yang tinggi. (8)
kemudian Dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. (9) Maka jadilah Dia dekat
(pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (10)
lalu Dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan.
Dengan kompetensi kepribadian yang dimiliki
oleh pendidik (dosen) maka seorang pendidik dapat meberi motivasi kepada para
anak didiknya. Motivasi adalah seluruh gejala yang terkandung dalam stimulasi
tindakan kearah tujuan tertentu dimana sebelumnya tidak ada gerakan menuju arah
tersebut. Gejala ini didasarkan pada dorongan-dorongan dasar atau internal dan
intensif di luar diri individu. Menurut Mc Donald “motivation is a energy
change within the person characterized by effective arousal and anticipatory
goal reactions” motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai
tujuan.[2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar