“Psikologi Kematian”
(karya : Prof. Dr. Komaruddin Hidayat)
Pada dasarnya membahas soal kematian akan menimbulkan berbagai
pemberontakkan batin pada setiap jiwa manusia yang menyimpan ketakutan yang
amat dalam. Berbagai pertanyaan muncul akibat
dari rasa ketakutan akan kehilangan hidup di dunia di satu sisi, dan
bayangan kengerian akan kematian di sisi
lain. Hal ini memunculkan penolakan bahwa setiap kita tidak ingin (cepat) mati.
Kesadaran
ini lalu memunculkan sebuah proses berupa penolakan bahwa masing-masing kita
tidak mau mati. Setiap orang berusaha menghindari semua jalan yang mendekatkan
ke pintu kematian. Dan sebagian dari kita lebih memilih untuk tidak
memikirkannya dan berusaha menghindarinya agar bisa merasakan kebahagiaan
setiap saat yang dilaluinya.
Banyak
orang bersikap demikian karena tak memahami apa sesungguhnya kematian. Kematian
bagi mereka adalah misteri yang menakutkan. Hal tersebut sangat dipengaruhi
oleh keyakinan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap kehidupan seseorang. Bagi
mereka yang merasa dimanjakan dengan aneka kenikmatan dunia yang telah
dilaluinya selama ini pastinya tidak ingin meninggalkannya.
Berbeda dengan mereka yang hati, pikiran, dan
perilakunya selalu merasa terikat dan memperoleh bimbingan Tuhan, kematian sama
sekali tidak menakutkan karena apabila kehidupan dunia berakhir maka seseorang
setapak menjadi lebih dekat pada Tuhan yng selalu dicintai dan dirindukan.
Keyakinan dan ketidakyakinan manusia mengenai kematian
yang menjemput tanpa mengenal waktu ini memiliki pengaruh besar dalam kehidupan
seseorang. Begitu pula dengan keyakinan adanya kehidupan setelah kematian. Setiap
yang lahir ke dunia senantiasa merasa bahwa kematian itu begitu dekatnya,
karena waktu mati tidak ada seorang pun yang tahu.
Kematian sudah merupakan sesuatu yang pasti terjadi,
karena sesuatu yang sudah pasti maka tidak perlu lagi dipikirkan. Allah swt
telah berfirman dalam surah al-Jumu’ah ayat 8
ö@è% ¨bÎ) |NöqyJø9$# Ï%©!$# crÏÿs? çm÷ZÏB ¼çm¯RÎ*sù öNà6É)»n=ãB ( ¢OèO tbrtè? 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»yg¤±9$#ur Nä3ã¤Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÑÈ
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu
lari dari padanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian
kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang
nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".
Dari ayat qur’an diatas maka sesungguhya keimanan
yang tertanam kuat di hati setiap kaum muslimin adalah buah dari rukun iman
yang mempercayai adanya kematian sebagai takdir yang tidak bisa kita hindari.
Oleh sebab itu, perlu kepekaan ruhani yang mantap untuk meningkatkan ketakwaan kepada-Nya sebelum waktu berbuat
baik di dunia kita telah berakhir.
Karena sudah pasti datangnya, maka sikap terbaik
adalah bersiap menyambutnya, tidak perlu untuk menghindarinya, melupakan bahkan
tidak mau memikirkannya. Sesuatu yang pasti terjadi waktunya sudah dekat dengan
kita. Setiap manusia yang menyadari bahwa ketika akan tidur, maka disitulah
kita telah berada di alam kematian, dan untuk itu harus siap menyambut
kedatangan kematian meskipun bukan kita yang dipanggil oleh malaikat Izrail.
Untuk itu, perlu kita tingkatkan kesadaran yang mendalam bahwa tidur merupakan
salah jalan yang harus kita tempuh untuk meninggalkan segala kenikmatan yang
kita peroleh bahkan kita tidak berkuasa untuk mengendalikan tubuh ini.
Sesungguhnya jika kita yakin dan percaya bahwa kehidupan
dunia yang hanya sementara untuk dinikmati, maka kita selalu diajak untuk
berpikir mengenai agenda masa depan. Dengan demikian sikap keberagamaan sangat
mempengaruhi tingkat keimanan dan kepercayaan yang diliputi oleh perasaan jiwa yang
paling dalam dibayangi oleh keyakinan akan datangnya kematian.
Maka dari itu jika kita memiliki kesadaran beragama
yang mantap dan kokoh, akan berdampak pada pengalaman hidup yang perlu kita
renungkan sebagai ajang intropeksi diri. Sehingga timbul rasa rindu pada
perjumpaan dengan Tuhannya Yang Maha Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar