A. Lima Prinsip Umum Pembelajaran dan Teori Penerapannya
Adapun lima prinsip umum beserta teori penerapannya adalah sebagai berikut
:
1. Prinsip Perkembangan
Perkembangan
dapat diartikan proses menuju kedewasaan dimana ada perubahan didalamnya.
Seorang peserta didik yang sedang dalam proses perkembangan, maka ia masih akan
terus berkembang. Prinsip inilah yang menyebabkan kemampuan anak pada setiap
jenjang usia dan setiap tingkat kelasnya pun menjadi berbeda. Sehingga hasilnya
pun anak pada jenjang usia atau kelas lebih tinggi memiliki kemampuan yang
lebih dibandingkan anak pada jenjang usia atau kelas dibawahnya.[1]
Dalam
penerapann prinsip perkembangan, maka akan ditemukan siswa yang memiliki
kemajuan yang lambat dan siswa yang memiliki kemajuan yang cepat. Oleh karena
itu, sebagai seorang guru hendaknya cukup mengerti dan sabar dalam menghadapi
peserta didik. Dalam memilih bahan dan metode pengajaran pun hendaknya
memperhatikan dan menyesuaikan dengan kemampuan-kemampuan peserta didik.
2. Prinsip Perbedaan Individu
Pada hakikatnya setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Ketika seorang guru bertanggung jawab mendidik 40 orang peserta didik dalam
sebuah kelas, guru bukan menghadapi satu jenis ciri kelas, akan tetapi guru
menghadapi 40 jenis ciri peserta didik.
Setiap peserta didik memiliki pembawaan yang berbeda-beda, menerima pengaruh
keluarga yang berbeda-beda. Sehingga wajar apabila ditemukan peserta didik yang
badannya tinggi namun kurus atau pendek namun gemuk, cekatan atau lamban,
berbakat dalam beberapa mata pelajaran atau hanya berbakat pada mata pelajaran
tertentu, periang atau pemurung, dan sebagainya.[2]
Pada umumnya
pengajaran klasik yang dilaksanakan disekolah-sekolah, penyesuaian antara
pembelajaran dengan perbedaan individu masih terbatas sekali. Guru-guru pada
jam pelajaran yang sama, mengajarkan bahan yang sama dengan cara yang sama
sehingga perbedaan individu benar-benar diabaikan.
Adapun solusi
untuk menyempurnakan jenis pengajaran klasik tersebut adalah :[3]
a.
Hendaknya
guru menggunakan metode dan strategi belajar-mengajar yang bervariasi, sehingga
perbedaan individu pada peserta didik pun akan dapat terlayani.
b.
Hendaknya
menggunakan alat dan media sebagai pendukung pembelajaran, sehingga anak dengan
kelemahan tertentu dapat terbantu.
c.
Hendaknya
guru memberikan bahan pelajaran tambahan kepada anak-anak yang pandai, bahan
ajaran tambahan dapat berupa soal-soal yang harus dikerjakan, bahan bacaan, dan
sebagainya.
d.
Hendaknya
guru memberikan bimbingan khusus kepada anak yang kurang pandai atau lambat
dalam belajar, sehingga peserta didik tersebut dapat mengejar
ketertinggalannya.
e.
Pemberian
tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak.
3. Minat dan Kebutuhan Anak
Setiap peserta
didik tentulah memiliki minat dan kebutuhannya tersendiri. Anak yang hidup di
lingkungan perkotaan berbeda minat dan kebutuhannya dengan anak di daerah
pegunungan, anak yang ingin melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi
berbeda minat dan kebutuhannya dengan anak yang ingin bekerja setelah mendapat
ijazah SMA.
Pengajaran
perlu memperhatikan minat dan kebutuhan peserta didiknya, karena dua hal
tersebut dapat menjadi penyebab timbulnya perhatian peserta didik dalam
mengajar, dengan demikian peserta didik akan bersungguh-sungguh dalam belajar.
Misalnya, peserta didik kelas I hingga kelas III menyukai cerita fantasi
sedangkan peserta didik kelas IV hingga kelas VI menyukai cerita tentang
kepahlawanan dan yang lebih kongkret. Maka guru dapat memanfaatkan minat dan
kebutuhan ini dengan memberikan cerita berisi penanaman nilai-nilai moral.[4]
4. Aktivitas Siswa
Dalam proses
pembelajaran, peserta didik merupakan subjek, karena peserta didik adalah
pelaku dalam belajar. Tugas guru adalah menentukan bagaimana caranya agar peserta
didik berperan aktif sebagai pelaku dalam pembelajaran. Namun hal ini bukan
berarti siswa dibebani tugas yang banyak supaya aktif dalam belajar.[5]
Dalam
penerapannya, hendaknya aktivitas atau tugas-tugas yang diberikan guru dapat
menarik minat peserta didik, dibutuhkan untuk perkembangannya, serta bermanfaat
baginya ketika di masa yang akan datang. Adapun metode-metode yang dapat
mengaktifkan siswa diantaranya adalah diskaveri, inkuiri, eksperimen,
demonstrasi, pemecahan masalah, diskusi.
5. Motivasi
Setiap perbuatan
belajar didorong oleh sesuatu atau beberapa motif. Motif atau dorongan
merupakan suatu tenaga yang berada pada individu peserta didik yang
mendorongnya untuk mencapai tujuan. Tanpa motif hampir tidak mungkin siswa
melakukan kegiatan belajar.
Ada beberapa
cara guru untuk meningkatkan motivasi siswa, yaitu :[6]
a.
Menggunakan
cara, metode dan media mengajar yang bervariasi. Sehingga rasa jenuh peserta
didik dalam belajar dapat hilang.
b.
Memilih
bahan yang menarik dan dibutuhkan peserta didik. Karena sesuatu yang dianggap
menarik oleh peserta didik dapat meningkatkan motivasi siswa.
c.
Memberikan
kesempatan seluruh peserta didik untuk sukses. Misalnya dalam pemecahan soal
dengan menanyakan soal tersebut kepada siswa yang kurang pandai, sehingga
ketika ia merasa puas dengan peningkatan kemampuannya dapat membuat motivasi
belajarnya semakin kuat.
d.
Menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dan berkesan bagi peserta didik. Berisi
suasana belajar yang hangat, penuh kekeluargaan, dan saling menghargai satu
sama lain.
e.
Adakan
persaingan sehat antar peserta didik. Siswa dapat bersaing dengan hasil
belajarnya sendiri maupun hasil belajar orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar